Dalam konteks defisit nutrisi, Stroke menjadi kondisi klinis terkait karena seringkali menyebabkan masalah menelan atau disfagia. Ketika seseorang mengalami stroke, terjadi gangguan pada otak akibat pembuluh darah yang pecah atau tersumbat. Gangguan ini dapat memengaruhi bagian otak yang mengatur gerakan otot-otot yang terlibat dalam menelan.

Dampak dari stroke pada kemampuan menelan seringkali menyebabkan kesulitan dalam menelan makanan dan minuman. Ini bisa terjadi karena otot-otot yang terlibat dalam menelan menjadi lemah atau terganggu, sehingga seseorang memiliki kesulitan menggerakkan makanan dari mulut ke kerongkongan.

Ketidakmampuan menelan atau disfagia pada pasien stroke dapat mengakibatkan beberapa masalah terkait nutrisi:

  1. Penurunan Asupan Makanan: Kesulitan menelan bisa membuat seseorang sulit makan makanan padat atau cair secara normal, yang menyebabkan penurunan asupan makanan.
  2. Risiko Tersedak: Kesulitan menelan meningkatkan risiko tersedak, yang dapat berujung pada infeksi paru-paru atau masalah pernapasan lainnya.
  3. Kehilangan Berat Badan: Karena kesulitan dalam mengonsumsi makanan secara memadai, banyak pasien stroke mengalami penurunan berat badan yang signifikan.

Ketidakmampuan menelan makanan setelah stroke menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada defisit nutrisi, karena kesulitan tersebut bisa mengganggu asupan makanan yang dibutuhkan tubuh untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Oleh karena itu, manajemen nutrisi yang tepat menjadi penting untuk memastikan bahwa pasien stroke tetap mendapatkan nutrisi yang cukup, baik melalui modifikasi makanan, terapi wicara, atau penggunaan metode alternatif seperti selang nasogastric untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.