Kerusakan neuromuskular merujuk pada kondisi yang memengaruhi sistem saraf dan otot, yang mengganggu kemampuan tubuh untuk menggerakkan otot secara normal. Dalam konteks kondisi klinis terkait defisit nutrisi, kerusakan neuromuskular dapat menjadi faktor yang berkontribusi pada masalah nutrisi karena berbagai alasan, termasuk:

  1. Gangguan Kemampuan Menelan (Disfagia): Beberapa kondisi neuromuskular dapat menyebabkan kesulitan menelan atau disfagia. Gangguan pada otot-otot yang terlibat dalam proses menelan bisa membuat makanan sulit untuk ditelan dengan lancar.
  2. Penurunan Kemampuan Mengunyah atau Menggerakkan Mulut: Gangguan pada otot-otot wajah dan mulut bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengunyah makanan atau berbicara. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengonsumsi makanan secara normal.
  3. Risiko Tersedak atau Aspirasi: Kesulitan menelan makanan juga dapat meningkatkan risiko tersedak atau aspirasi, yang dapat berakibat pada gangguan pernapasan atau masalah kesehatan lainnya.
  4. Penurunan Mobilitas Secara Umum: Kondisi neuromuskular juga dapat membatasi mobilitas seseorang secara umum, yang mungkin mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempersiapkan atau mengakses makanan.

Manajemen nutrisi pada individu dengan kerusakan neuromuskular sering kali melibatkan tim medis multidisiplin, termasuk ahli gizi, dokter, terapis wicara, dan terapis fisik. Terapi nutrisi khusus, modifikasi makanan, atau penggunaan peralatan khusus untuk membantu proses makanan dapat diterapkan untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup.

Jadi, kerusakan neuromuskular menjadi kondisi klinis terkait defisit nutrisi karena dampaknya pada kemampuan seseorang untuk menelan, mengunyah, dan mengakses makanan secara normal, yang dapat menyebabkan masalah nutrisi dan penurunan asupan makanan yang cukup.