Koagulasi yang terganggu, seperti yang terjadi pada anemia sel sabit, dapat meningkatkan risiko trombosis atau pembentukan gumpalan darah. Ini bisa menjadi faktor risiko untuk perfusi serebral yang tidak efektif karena gumpalan darah tersebut dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah di otak. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

  1. Pembentukan Gumpalan Darah: Anemia sel sabit dapat menyebabkan perubahan pada sel darah merah yang mempengaruhi sirkulasi darah. Terutama pada keadaan krisis, sel darah merah yang terdistorsi dapat menyebabkan peningkatan risiko gumpalan darah atau trombosis.
  2. Resiko Krisis Vaskular: Pada kasus anemia sel sabit, terdapat kemungkinan terjadinya krisis vaskular di mana pembuluh darah tersumbat oleh sel darah merah yang terdistorsi. Hal ini juga dapat mengganggu aliran darah normal ke otak.
  3. Gangguan Aliran Darah: Koagulasi yang tidak normal atau peningkatan risiko pembentukan gumpalan darah pada anemia sel sabit dapat mengganggu aliran darah yang normal. Gumpalan darah yang terbentuk kemudian dapat menyumbat pembuluh darah otak, mengganggu perfusi serebral yang efektif.
  4. Asuhan Keperawatan dan Medis: Dalam hal asuhan keperawatan dan medis, penting untuk melakukan pemantauan yang cermat terhadap pasien dengan anemia sel sabit. Ini mencakup pemantauan gejala neurologis, tanda-tanda iskemia, dan evaluasi risiko pembentukan gumpalan darah.

Manajemen medis untuk anemia sel sabit mungkin termasuk pemberian obat anti-koagulan, atau terapi lain yang ditujukan untuk meminimalkan risiko pembentukan gumpalan darah. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala yang harus diwaspadai serta tindakan pencegahan juga sangat penting dalam menekan risiko gangguan perfusi serebral yang diakibatkan oleh anemia sel sabit.