Gangguan pada mekanisme regulasi tubuh, seperti sistem renin-angiotensin-aldosteron, dapat menyebabkan hipervolemia. Sistem ini bertanggung jawab untuk mengatur volume dan konsentrasi cairan dalam tubuh.
Beberapa cara gangguan mekanisme regulasi dapat mengakibatkan hipervolemia antara lain:
- Gagal Jantung: Gangguan pada jantung dapat mengurangi kemampuannya untuk memompa darah dengan efisien. Ini dapat menyebabkan penumpukan darah di pembuluh darah kiri sirkulasi besar, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tekanan darah di pembuluh balik (vena) dan akhirnya menyebabkan cairan yang terjebak di jaringan (seperti paru-paru) yang menyebabkan hipervolemia.
- Gagal Ginjal: Ginjal bertanggung jawab untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Gangguan pada ginjal, seperti gagal ginjal, dapat mengganggu kemampuannya dalam mengeluarkan cairan secara tepat. Ini dapat menyebabkan retensi cairan dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat menghasilkan hipervolemia.
- Gangguan Hormonal: Hormon seperti aldosteron berperan dalam pengaturan volume cairan dengan mengatur kadar natrium dan air dalam tubuh. Gangguan pada hormon-hormon ini bisa menyebabkan retensi natrium dan cairan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hipervolemia.
- Kondisi Penyakit Lainnya: Beberapa kondisi medis seperti sirosis hati, penyakit vena perifer, atau kondisi yang menyebabkan hilangnya protein (seperti sindrom nefrotik) dapat menyebabkan gangguan dalam mekanisme pengaturan cairan tubuh, yang kemudian bisa menyebabkan hipervolemia.
Dalam skenario hipervolemia, tubuh tidak mampu mengatur cairan secara efektif, mengakibatkan penumpukan cairan yang berlebihan dalam kompartemen intravaskular, interstisial, dan intraselular. Ini bisa terjadi karena retensi cairan, kelebihan asupan natrium, gangguan aliran balik vena, atau efek dari agen farmakologis tertentu. Jika kondisi ini tidak diatasi, bisa menyebabkan gejala dan masalah kesehatan serius.