Pada kasus yang disebabkan oleh “Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan),” ini mengindikasikan bahwa pola pernapasan seseorang tidak memberikan ventilasi yang memadai karena ada halangan atau kendala tertentu.
Sebab utama dalam kategori ini melibatkan gangguan yang terkait dengan usaha untuk bernapas. Ini bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk:
- Nyeri saat bernapas: Misalnya, seseorang mungkin mengalami rasa sakit akibat cedera, infeksi pada paru-paru, atau gangguan pada dada yang membuat sulit untuk bernapas secara normal.
- Kelemahan otot pernapasan: Ini dapat terjadi dalam kondisi seperti penyakit neuromuskular, kelelahan fisik yang ekstrem, atau masalah medis yang memengaruhi otot-otot yang dibutuhkan untuk pernapasan, seperti otot-otot diafragma.
Kedua faktor ini dapat menyebabkan gangguan pada pola pernapasan, mengurangi kemampuan seseorang untuk bernapas dengan baik atau secara efisien. Gejala yang mungkin timbul dari kondisi ini termasuk:
- Dispnea (sesak napas): Merupakan gejala subjektif yang dialami seseorang, biasanya diakibatkan oleh kesulitan bernapas.
- Pernapasan yang memanjang pada fase ekspirasi.
- Pola napas yang tidak normal, seperti takipnea (pernapasan cepat), bradipnea (pernapasan lambat), atau hiperventilasi dengan pola Kussmaul atau Cheyne-Stokes.
Selain gejala utama, terdapat juga gejala minor yang mungkin terjadi pada pola napas tidak efektif yang diakibatkan oleh hambatan upaya napas, seperti:
- Pernapasan pursed-lip dan cuping hidung: Kedua pola pernapasan ini merupakan upaya kompensasi untuk mempermudah pernapasan.
- Perubahan pada diameter thoraks anterior-posterior: Dimensi dada yang berubah bisa mengindikasikan upaya tubuh untuk mengkompensasi masalah dalam bernapas.
- Penurunan ventilasi per menit, kapasitas vital, tekanan ekspirasi dan inspirasi: Semua gejala ini menunjukkan bahwa fungsi pernapasan tidak berjalan dengan efektif.
Memahami gejala dan tanda-tanda ini penting dalam penilaian pasien dan membantu merencanakan perawatan yang sesuai untuk meningkatkan pola napas yang tidak efektif yang disebabkan oleh hambatan upaya napas. Terapi akan disesuaikan sesuai dengan penyebab spesifik dari hambatan tersebut, misalnya, pengelolaan nyeri, terapi fisik, atau penanganan spesifik sesuai dengan masalah otot pernapasan yang mendasarinya.