Inkontinensia urin urgensi adalah kondisi di mana seseorang mengalami kehilangan kontrol atas pengeluaran urin secara tiba-tiba dan tidak dapat ditunda. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami inkontinensia urin urgensi antara lain:
- Usia: Semakin tua usia seseorang, semakin besar kemungkinan mereka mengalami inkontinensia urin urgensi.
- Jenis kelamin: Wanita memiliki risiko lebih tinggi daripada pria karena struktur tubuh mereka dan kehamilan serta persalinan bisa merusak otot panggul.
- Kehamilan dan persalinan: Kehamilan dan persalinan bisa merusak otot panggul dan saraf yang mengendalikan pengeluaran urin.
- Obesitas: Obesitas dapat menekan kandung kemih dan menyebabkan inkontinensia urin urgensi.
- Gangguan saraf: Cedera atau gangguan saraf pada sistem kemih dapat menyebabkan inkontinensia urin urgensi.
- Konsumsi kafein atau alkohol: Kafein dan alkohol dapat memicu inkontinensia urin urgensi karena mereka merangsang kandung kemih.
- Merokok: Merokok dapat memperburuk inkontinensia urin urgensi karena nikotin merusak otot panggul dan menyebabkan batuk kronis.
Sebagai seorang perawat, Anda harus memperhatikan faktor risiko ini ketika merencanakan perawatan pasien dengan inkontinensia urin urgensi dan memberikan edukasi pada pasien tentang cara mengelola kondisi mereka, termasuk menghindari faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi mereka.
Langkah-langkah keperawatan yang umumnya dilakukan adalah sebagai berikut:
- Pengkajian: Keperawatan dimulai dengan pengkajian pasien untuk mengetahui kondisi kesehatannya secara menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan, keluhan utama, serta faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
- Perencanaan: Setelah melakukan pengkajian, perawat perlu membuat rencana perawatan yang terdiri dari tujuan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Implementasi: Setelah rencana perawatan dibuat, perawat harus mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana perawatan yang telah dibuat, termasuk memberikan perawatan fisik, psikologis, dan sosial yang diperlukan.
- Evaluasi: Setelah tindakan perawatan diimplementasikan, perawat perlu mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan dan memperbarui rencana perawatan jika diperlukan.
- Dokumentasi: Selama seluruh langkah keperawatan dilakukan, perawat perlu mendokumentasikan semua informasi terkait kondisi pasien, rencana perawatan, tindakan yang diambil, serta hasil evaluasi.
Selain itu, perawat juga perlu melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan tim perawatan kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terintegrasi pada pasien.