Dalam ilmu keperawatan, disfungsi seksual dapat disebabkan oleh perubahan fungsi atau struktur tubuh seperti kehamilan, persalinan baru, obat-obatan, pembedahan, anomali, proses penyakit, trauma, radiasi, dan faktor-faktor lainnya. Sebagai contoh, kehamilan dan persalinan baru dapat menyebabkan perubahan hormonal dan fisik yang dapat mempengaruhi gairah seksual dan fungsi seksual wanita. Obat-obatan tertentu, seperti obat depresi dan obat tekanan darah tinggi, juga dapat menyebabkan disfungsi seksual. Pembedahan pada organ seksual atau area panggul juga dapat menyebabkan kerusakan pada saraf dan pembuluh darah, yang dapat mengganggu fungsi seksual. Oleh karena itu, dalam praktek keperawatan, penting untuk memahami perubahan fisik dan faktor risiko yang dapat mempengaruhi fungsi seksual pasien untuk membantu memperbaiki masalah disfungsi seksual.

Berikut beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi fungsi seksual:

  1. Gangguan psikologis: Stress, kecemasan, depresi, dan masalah emosional lainnya dapat mempengaruhi gairah seksual dan fungsi seksual seseorang.
  2. Gangguan neurologis: Cedera saraf, multiple sclerosis, dan penyakit Parkinson adalah contoh gangguan neurologis yang dapat mempengaruhi fungsi seksual.
  3. Gangguan kardiovaskular: Penyakit jantung, aterosklerosis, dan hipertensi dapat menyebabkan disfungsi ereksi pada pria dan gangguan fungsi seksual pada wanita.
  4. Gangguan hormonal: Kadar hormon yang tidak seimbang dapat menyebabkan disfungsi seksual, seperti pada kasus hipogonadisme pada pria dan menopause pada wanita.
    gangguan hormonal dapat menyebabkan disfungsi seksual pada pria maupun wanita. Hormon adalah zat kimia dalam tubuh yang mengatur banyak fungsi termasuk fungsi seksual. Jika kadar hormon dalam tubuh tidak seimbang, maka hal tersebut dapat menyebabkan disfungsi seksual. Pada pria, kondisi yang disebut hipogonadisme atau kadar hormon testosteron yang rendah dapat menyebabkan penurunan libido, disfungsi ereksi, dan masalah ejakulasi. Sedangkan pada wanita, menopause atau penghentian fungsi ovarium (indung telur) dapat menyebabkan penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron, yang dapat menyebabkan disfungsi seksual seperti penurunan libido, keringnya vagina, dan nyeri saat berhubungan seksual. Oleh karena itu, dalam praktek keperawatan, penting untuk memantau kadar hormon pasien dan memberikan perawatan yang sesuai untuk menyeimbangkan kadar hormon dalam tubuh.
  5. Faktor gaya hidup: Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi fungsi seksual.

Dalam praktek keperawatan, perawat perlu memperhatikan faktor-faktor ini dan melakukan evaluasi yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab disfungsi seksual pasien dan memberikan perawatan yang sesuai.