Hipoksia dan hipoksemia seringkali disalahpahami sebagai satu istilah yang sama, karena sama-sama menggambarkan kegawatdaruratan akibat kekurangan oksigen dalam tubuh. Namun, hipoksemia dan hipoksia adalah dua kondisi yang sama sekali berbeda. Berikut penjelasannya.
Apa bedanya hipoksia dan hipoksemia?
Hipoksemia adalah rendahnya kadar oksigen dalam darah, khususnya di arteri. Hipoksemia merupakan tanda adanya masalah dalam sistem sirkulasi atau pernapasan yang dapat menyebabkan sesak napas.
Sedangkan hipoksia adalah rendahnya kadar oksigen dalam jaringan tubuh sebagai akibat dari rendahnya kadar oksigen di udara. Hipoksia dapat memiliki efek buruk pada jaringan tubuh, karena kurangnya kadar oksigen dalam jaringan akan mengganggu proses biologis penting dalam jaringan tubuh.
Bagaimana cara membedakan keduanya?
Hipoksemia ditentukan dengan mengukur kadar oksigen dalam sampel darah yang diambil dari arteri atau dengan mengukur saturasi oksigen darah Anda menggunakan oksimeter pulsa. Oksigen arteri normal adalah 75 sampai 100 milimeter merkuri (mm Hg).
Kadar oksigen arteri normal di bawah 60 mmHg biasanya mengindikasikan bahwa darah Anda membutuhkan suplemen oksigen. Sementara pembacaan dengan oksimeter dapat dikatakan normal berkisar antara 95 sampai 100 persen. Nilai oksimeter di bawah 90 persen mengindikasikan bahwa kadar oksigen dalam darah Anda rendah. Sedangkan hipoksia merupakan kondisi lanjutan dari hipoksemia, sehingga jika kadar oksigen dalam darah rendah maka meningkatkan risiko terjadinya hipoksia.
Hipoksia terjadi sebagai akibat dari hipoksemia, sehingga pada akhirnya kedua hal tersebut merupakan sebuah kejadian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain
Apa penyebab hipoksia?
Penyebab utama hipoksia adalah hipoksemia. Namun, hipoksia juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi yang membuat seseorang berada pada kadar oksigen rendah, di antaranya adalah saat berada di ketinggian, seperti saat naik gunung, berada di ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik, keracunan gas atau zat kimia, penyakit tertentu –sepeti sleep apnea, asma, anemia, emfisema, penyakit paru interstisial, dll.
Apa saja gejala hipoksia?
Gejala hipoksia seringkali muncul mendadak dan cepat memburuk (akut), atau bersifat kronis. Beberapa gejala paling umum dari hipoksia adalah:
- Sesak napas
- Batuk
- Kelelahan
- Detak jantung cepat
- Halusinasi
- Napas berbunyi (mengi)
- Kulit berubah warna, menjadi biru atau merah keunguan
Seringkali, ketidaktahuan membuat seseorang yang mengalami hipoksia diberikan bantuan oksigen secara berlebih. Padahal, oksigen berlebih justru dapat meracuni jaringan tubuh. Kondisi ini disebut dengan hiperoksia yang dapat menyebabkan katarak, vertigo, kejang, dan pneumonia.
Langkah pengobatan hipoksia
Anda dianjurkan berkonsultasi ke dokter jika:
- Sesak napas setelah Anda beraktivitas atau beristirahat
- Sesak napas saat berolahraga atau latihan fisik
- Terbangun dari tidur karena sesak napas (salah satu gejala sleep apnea)
- Bibir dan kulit kebiruan (sianosis)
Jika Anda mengalami gejala tersebut atau beberapa gejala yang telah disebutkan diatas, segera konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat. Dan sekalipun gejala-gejala lanjutan sudah hilang, Anda tetap dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri ke dokter.
Bagaimana cara mencegah hipoksia?
Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan menghindari penyebab atau kondisi yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam tubuh Anda. Jika hipoksia disebabkan oleh asma, maka untuk menghindari keadaan yang lebih buruk, Anda dianjurkan untuk mengikuti terapi asma -sesuai anjuran dokter. Dan untuk mengatasi sesak napas kronik, cobalah untuk berhenti menjadi perokok aktif, hindari asap pasif, terutama dari asap rokok, dan lakukan olahraga secara teratur.
Sumber : hellosehat.com