sumber : http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-promosi-kesehatan-pedoman-dan-buku.html || Download Buku Tuntunan hidup sehat disini !
Hamil sebelum usia 18 tahun atau di atas 35 tahun akan meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayinya.
Perlu digarisbawahi bahwa kehamilan di kalangan remaja memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi, termasuk keracunan kehamilan, kelahiran prematur, kelahiran lewat waktu, kelahiran dengan penyulit, kurang darah dan meninggal. Sementara itu bagi bayinya, terdapat risiko yang lebih besar seperti kelahiran prematur, BBLR, dan berbagai masalah kesehatan serta kematian.
Bagi remaja puteri yang hamil di bawah 15 tahun, risiko ini meningkat dengan sangat bermakna.
1. Hamil sebelum usia 18 tahun atau di atas 35 tahun akan meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayinya.
Di Indonesia, setiap jam satu orang ibu meninggal. Menurut SDKI 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Berdasarkan hasil SKRT 2001 penyebab kematian Ibu adalah perdarahan (28%), keracunan kehamilan (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain kurang energi kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Sedangkan laporan rutin Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), keracunan kehamilan (20%), infeksi (7%) dan lain- lain (33%).
Menunda kehamilan pertama sampai ibu berusia minimal 18 tahun membantu memastikan kehamilan dan persalinan yang lebih aman. Hal ini mencegah risiko bayi lahir prematur maupun bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Sedangkan bagi ibu, proses kehamilan dan persalinan pun lebih lancar baik dari segi fisik maupun mental. Hal ini menjadi penting terutama di daerah-daerah di mana pernikahan usia dini merupakan adat dan remaja menghadapi tekanan untuk segera hamil.
Melahirkan bagi seorang remaja puteri akan lebih berbahaya dan lebih sulit dibandingkan dengan perempuan dewasa. Bayi yang lahir dari seorang ibu yang masih sangat muda cenderung meninggal pada tahun pertama kehidupan bayi. Remaja puteri umumnya belum memiliki pinggul yang berkembang sempurna. Dengan demikian kehamilan bagi kelompok ini akan memberikan konsekuensi yang serius, seperti keracunan kehamilan, kelahiran prematur, kelahiran lewat waktu, kelahiran dengan penyulit, anemia (kurang darah) bahkan kematian ibu dan atau bayi.
Semakin muda seorang ibu, semakin besar risiko bagi ibu dan bayinya. Bagi remaja puteri di bawah usia 15 tahun, risiko kematian meningkat dengan tajam. Remaja puteri yang melahirkan sebelum usia 15 tahun memiliki risiko kematian lima kali lipat dibandingkan dengan ibu usia 20 tahunan.
Setiap perempuan usia subur, menikah atau tidak menikah, memerlukan bantuan untuk menunda kehamilan. Semua pihak yang terkait dalam masalah kehamilan dini baik remaja puteri dan ibu muda, remaja putra dan pria serta keluarganya, harus sadar tentang risiko yang mungkin terjadi dan bagaimana cara menghindarinya. Informasi ini harus juga mencakup tentang bagaimana mencegah infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV.
Setelah usia 35 tahun, risiko yang terkait dengan kehamilan dan persalinan bagi perempuan meningkat lagi. Risiko tersebut termasuk tekanan darah tinggi, perdarahan, keguguran dan diabetes selama kehamilan serta cacat bawaan pada bayi.
2. Untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, seorang ibu sebaiknya menunda kehamilan berikutnya sampai anaknya yang terakhir berusia minimal dua tahun
Risiko kematian bagi bayi baru lahir (0 – 28 hari) dan bayi di bawah satu tahun meningkat kalau jarak kelahiran terlalu dekat (kurang daridua tahun). Selain itu risiko lahir prematur dan BBLR juga semakin tinggi. Bayi yang lahir dengan BBLR sulit untuk tumbuh dengan baik, lebih mudah sakit, serta memiliki kemungkinan meninggal empat kali lebih besar pada usia satu tahun pertama dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.
Salah satu ancaman bagi kesehatan dan pertumbuhan anak usia di bawah dua tahun adalah kelahiran adiknya. Bagi anaknya yang berusia lebih tua pemberian ASI kemungkinan terhenti, sehingga ibunya kekurangan waktu untuk menyiapkan makanan dan memberikan perhatian serta pelayanan yang diperlukan oleh semua anaknya.
Pada saat kehadiran seorang bayi di tengah-tengah keluarga, sangat penting bagi ayah untuk membantu ibu guna mengurus bayi dan anaknya yang lain. Kedua orang tua maupun pengasuhnya harus memberikan perhatian dan pelayanan yang sama kepada anak laki-laki dan anak perempuan. Tubuh seorang ibu memerlukan waktu untuk pemulihan setelah kehamilan dan persalinan. Bagi seorang ibu sebelum hamil lagi, ia memerlukan kesehatan dan status gizi yang baik. Jika seorang ibu mengalami keguguran, ia harus menunggu paling sedikit enam bulan untuk hamil lagi agar risiko bagi diri dan bayinya berkurang.
Untuk melindungi kesehatan keluarganya, kedua orang tua harus sadar tentang pentingnya (1) jarak dua tahun antara kelahiran anak terakhir dengan awal kehamilan berikutnya dan (2) membatasi jumlah kehamilan
3. Risiko kesehatan selama kehamilan dan persalinan akan semakin meningkat, jika seorang ibu terlalu sering hamil.
Tubuh seorang ibu akan mudah sekali menjadi lemah karena hamil yang berulang kali, melahirkan, dan merawat anak kecil. Setelah mengalami kehamilan berulang kali, seorang ibu akan menghadapi risiko masalah kesehatan yang semakin meningkat, seperti anemia dan pendarahan.
4. Pelayanan KB memberikan pasangan suami istri pengetahuan dan kemampuan untuk merencanakan kapan akan mulai punya anak, berapa jumlah anak yang akan dimiliki, berapa tahun jarak usia antara anak, dan kapan akan berhenti melahirkan. Terdapat banyak pilihan alat kontrasepsi yang aman, efektif dan dapat diterima untuk mencegah kehamilan
Tenaga kesehatan terlatih serta fasilitas pelayanan kesehatan harus memberikan informasi dan nasihat untuk memberdayakan perempuan agar bisa mengambil keputusan tentang KB dan membantu untuk memilih metode KB yang dapat diterima, aman, menyenangkan, efektif dan terjangkau.
Tenaga kesehatan terlatih serta fasilitas pelayanan kesehatan harus juga menyediakan informasi kepada remaja puteri dan putera tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan KB yang (1) sensitif bagi remaja (2) mendorong mereka untuk mengembangkan keterampilan guna menjaga kesehatan dan mengambil keputusan tentang kehidupan yang bertanggung jawab.
Media komunikasi yang spesifik untuk menjangkau remaja puteri perlu dikembangkan guna membantu mereka melalui konseling, penyediaan kontrasepsi, pelayanan kehamilan, dan pasca kelahiran.
Suami memiliki peran penting dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga penting bagi suami untuk mendapatkan informasi dan pelayanan terkait kesehatan reproduksi.
Remaja laki-laki dan pria dewasa memiliki peran penting untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Menjadi sangat penting buat mereka untuk memiliki akses kepada berbagai informasi dan pelayanan yang terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang remaja puteri, ia cenderung memilih metode KB yang lebih tetap, menunda pernikahan dan mengasuh anak, memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik, memiliki jumlah anak lebih sedikit dan lebih sehat. Dengan demikian, mengupayakan anak untuk sekolah menjadi sangat penting bagi kesehatan ibu dan anak, di samping manfaat lainnya dari pendidikan
Remaja putera dan puteri perlu mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi tentang kehamilan yang tidak diinginkan termasuk bahaya aborsi, serta pengetahuan perlindungan ganda dari kondom sebagai alat kontrasepsi dan alat pencegah infeksi menular seksual termasuk HIV dan AIDS. Di antara sekian banyak alat kontrasepsi, kondom merupakan alat yang dapat memberikan perlindungan terhadap kehamilan dan infeksi yang ditularkan melalui hubungan seks, termasuk HIV.
Di beberapa negara, jumlah kematian yang terkait dengan aborsi di kalangan remaja puteri sangat tinggi. Remaja puteri, ibu muda beserta pasangannya harus mendapatkan informasi tentang pencegahan kehamilan, dan berbagai risiko lainnya yang terkait dengan aborsi
Seorang ibu yang memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, dapat menunda masa haid sehingga dapat mencegah kehamilan. Penundaan kehamilan bisa terpenuhi dengan syarat yaitu ibu belum haid, bayi berusia kurang dari enam bulan serta bayi mendapatkan ASI saja tanpa pemberian makanan atau pun minuman lain (Metode Amenore Laktasi/MAL). Keefektifan metode KB ini adalah sebesar 98% setara dengan metode kontrasepsi lainnya
Apakah sulit untuk memotivasi ibu muda agar mau menggunakan alat kontrasepsi?
Beberapa tempat di Indonesia telah menjawab pertanyaan ini dengan menunjukkan angka optimal 100%. Artinya bisa dilakukan dan berhasil, tetapi tentunya memang ada syaratnya. Kunci utamanya adalah bagaimana melibatkan tenaga dokter dan bidan yang berada pada garis pelayanan terdepan agar mereka berseia membantu program kependudukan ini sungguh-sungguh. Merekalah yang memberikan pelayanan pasca persalinan, dan merekalah yang dengan sungguh-sungguh melakukan sosialisasi ,komunikasi serta motivasi tentang perlu dan pentingnya pemakaian alat kontrasepsi untuk mencapai kehidupan keluarga yang berkualitas,dan sejahtera kepada para ibu yang baru saja melakukan persalinan
5 Setiap pria dan wanita usia subur berhak mendapatkan informasi dan pelayanan KB serta bertanggung jawab terhadap KB. Mereka perlu mengetahui tentang manfaat KB bagi kesehatan dan berbagai pilihan yang tersedia.
Pasangan Suami Istri termasuk remaja putera dan puteri ikut bertanggungjawab untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan termasuk mendapatkan akses informasi tentang berbagai metode dan manfaat KB dari tenaga kesehatan terlatih. Informasi tentang KB juga dapat diperoleh dari dokter, perawat, bidan, klinik KIA atau klinik KB, guru, dan organisasi pemuda/perempuan
1,662 total views, 3 views today