STARKES – Akreditasi Rumah Sakit Indonesia – SNARS.WEB.ID

PANDUAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Adanya perbedaan harapan, dasar berpikir dan konsep tentang sakit antara dokter dan pasien membuat hubungan antara keduanya mengandung konfliklaten. Konsep yang harus diiingat seorang dokter dalam hubungan yang kompleks ini yaitu untuk selalu membangun emphaty (Hippocrates 400 SM). Seorang dokter adalah seseorang yang karena profesinya dituntut untuk selalu memprioritaskan penderita.

Tindakan pembedahan (surgery) adalah suatu interaksi atau hubungan yang sangat khusus antara dokter atau provider kesehatan (team work) dengan pasien dan keluarganya, dalam upaya menyelamatkan dan atau meningkatkan kualitas hidup pasien, dimana potensial konflik sangatlah besar.
Penggunaan anestesi, sedasi dan intervensi bedah merupakan proses yang komplek dan sering dijumpai di rumah sakit. Penggunaan tersebut membutuhkan asesmen lengkap dan menyeluruh terhadap pasien, perencanaan, perawatan yang terintegrasi, pemantauan pasien secara terus menerus dan transfer berdasarkan kriteria tertentu untuk perawatan lanjutan, rehabilitasi, serta transfer dan pemulangan pada akhirnya.

Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai sebuah rangkaian proses mulai dari sedasi minimal hingga anestesi penuh. Karena respons pasien berubah ubah sepanjang berlangsungnya rangkaian tersebut, penggunaan anestesi dan sedasi diatur secaraterpadu.

Menurut WHO 2009, diseluruh dunia dan hampir setiap tahun kompilkasi operasi 3 – 16 % dan kematian pasca operasi 0,4 – 0,8 % dan dapat diartikan bahwa 7 juta penderita yang mengalamimkecacaran dan 1 juta mengalami kematian. Pada juni 2009 di washington DC Amerika, WHO meluncurkan Safe Surgery Saves Lives (S3L).

 

1.2. TUJUAN

Tujuan Utama :
Tujuan program Safe Surgery Saves Lives adalah menciptakan perilaku tim pembedahan dan lingkungan yang aman bagi penderita.

Tujuan Khusus :

  1. Tim pembedahan dipastikan melakukan pembedahan pada tepat penderita dan tepat lokasi.
  2. Tim pembedahan dipastikan melakukan metode anestesi yang mencegah rasa sakit bagi penderita.
  3. Tim pembedahan telah mengenali dan melakukan persiapan yang efektif dalam pencegahan dan penanganan terjadinya gangguan airway dan breathing.
  4. Tim pembedahan telah mengenali, melakuakn pencegahan dan antisipasi penanganan yang efektif terhadap resiko perdarahan (circulation).
  5. Tim pembedahan telah mengetahui dan menghindari serta antisipasi penanganan terjadinya reaksi alergi maupun efek samping obat yang berat, yang potensial terjadi pada pasien.
  6. Tim pembedahan secara konsistenmenerapkan metode aseptik, guna mencegah timbulnya infeksi luka operasi.
  7. Tim pembedahan selalu menghindari terjadinya ketertinggalan alat atau benda habis pakai pada daerah operasi.
  8. Tim pembedahan selalu menjaga dan melakukan identifikasi yang tepat terhadap spesimen hasil pembedahan.
  9. Tim selalu melakukan komunikasi dan pertukaran informasi yang penting dalam upaya melakukan operasi yang aman.
  10. Rumah sakit dan public health system selalu secara rutin melakukan surveylance terhadap kapasitas, volume dan hasil serta komplikasi dari pembedahan dan anestesi (surgical and anesthesia vital statistic) yang dilakukan.

 

1.3. PENGERTIAN

Pengertian dari Safe Surgery saves Lives ( S3L ) adalah suatu program dalam upaya menurunkan komplikasi pembedahan dan anestesi
4 domain yang menjadi perhatian :

  1. Pencegahan infeksi luka operasi.
  2. Keselamatan pembiusan (safe anesthesia).
  3. Keselamatan pembedahan (safe surgical terms).
  4. Mekanisme jaminan kualitas dan perawatan pembedahan (surgical care and quality assurance mechanism).

Faktor yang berpengaruh terhadap komplikasi pembedahan :

  1. Ketidaktaatan atau ignore terhadap standar pelayanan pembedahan merupakan awal terjadinya komplikasi pembedahan
  2. Tingginya angka infeksi luka operasi, sering hanya diakibatkan penggunaaan dan ketidaktepatan waktu pemberian antibiotik profilaksis serta kesalahan tehnik sterilisasi
  3. Penggunaan alat monitoring tanda vital yang tidak standar selama operasi, terbukti meningkatkan komplikasi akibat pembiusan sebesar 100 – 1000 kali
  4. Persiapan operasi yang teliti adalah mutlak dilakukan :
    • Identifikasi penderita.
    • Identifikasi tempat operasi.
    • Ketepatan radiodiagnostik.
  5. Kompetensi tim pembedahan dan pembiusan (menurut WHO bukan merupakan masalah) hindari :
    • Kesalahan pasien yang dioperasi (wrong patient).
    • Kesalahan tempat operasi (wrong site operation).
    • Kecelakaan tindakan anestesi.

 

BAB II TATA LAKSANA

2.1. Strategi Safe Surgical Saves Lives :

 

2.2. Implementasi.

Diperlukan metode yang sederhana, praktis dan mudah dikerjakan dan tidak menganggu proses pembedahan dan anestesi serta dapat menjamin safe surgerydan safe anesthesia
Metode yang digunakan :

Metode yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas pembedahan dan anestesi

Menurunkan unnecessary surgical and anesthesia deaths and complications

 

2.3. Pelaksanaan

Ada 3 periode terpenting :
1. Sebelum induksi ( sign in )
2. Sebelum insisi ( time out )
3. Sebelum keluar OK ( sign out )

 

2.4. Penanggung Jawab.

Penanggungjawab secara keseluruhan bahwa pasien yang akan dilakukan pembedahan, telah dilakukan checklist adalah : OPERATOR, dibantu seorang sirkulator ( Omloop )
Penanggungjawab kegiatan :
– Periode sebelum induksi adalah : perawat anestesi dan bedah dibantu ahli anestesi
– Sebelum insisi adalah : operator ahli bedah, perawat bedah dan ahli anestesi
– Sebelum keluar dari kamar operasi adalah : perawat bedah, ahli bedah dan anestesi

 

BAB III DOKUMENTASI

CHECKLIST KESELAMATAN PEMBEDAHAN MENURUT WHO ( dlm bahasa Indonesia )
SEBELUM INDUKSI ANESTESI ( SIGN IN ) ? ( Minimal perawat dan ahli anestesi )

Apakah pasien memiliki :

 

 

Antisipasi keadaan kritis

Untuk ahli bedah :

Untuk ahli anestesi :

Untuk tim perawat :

CHECKLIST KESELAMATAN PEMBEDAHAN RS.

 

BAB IV PENUTUP

Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.

Instalasi kamar operasi merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit khususnya dalam bidang pembedahan, oleh karena itu pemakaian daftar/checklist keselamatan pasien operasi harus dilaksanakan dalam setiap tindakan operasi yang akan dilakukan.

Dalam perkembangan pelayanan kesehatan yang dari hari ke hari semakin maju, maka pelayanan pembedahan harus juga mengikuti perkembangan tersebut, pendokumentasian pelayanan pasien yang dilakukan harus tersusun dengan rapi untuk mengetahui riwayat dari proses perawatan pasien.

Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuan dalam pengelolaan dan pelayanan di Instalasi Kamar Operasi.

 14,987 total views,  7 views today