Panduan PrakteK Klinik – BEDAH – BATU EMPEDU.
Difinisi :
Terdapatnya batu dalam kantung empedu dan atau dalam saluran empedu.
Patofisiologi :
80% batu empedu terdiri dari kolesterol. Kolesterol tidak larut dalam air. Kelarutan kolesterol dalam cairan empedu dipengaruhi asam empedu dan fosfolipid. bilamana karena suatu hal terjadi gangguan keseimbangan (empedu litogenik) dan terbentuk batu empedu (segitiga “SMALL”).
Penyakit batu empedu dipengaruhi beberapa faktor :
– Hormon, terutama estrogen dan progesteron
– Nutrisi dan obat-obatan
– Kehamilan
– Adipositas
Epidemiologi :
– Lebih banyak dijumpai pada wanita dengan perbandingan 2:1 dengan pria (Female)
– Lebih sering pada orang yang gemuk (Fat)
– Bertambah dengan tambahnya usia (Forty)
– Lebih banyak pada multipara (fertile)
– Lebih banyak pada orang – orang dengan diet tinggi kalori dan obat – obatan tetentu (Food)
– Sering memberi gejala – gejala saluran cerna (Flatulen)
Gejala Klinis :
Kurang lebih 10% penderita batu empedu bersifat asimtomatik.
Gejala – gejala yang dapat timbul :
– Nyeri (60%)
Bersifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium kanan menjalar ke bahu kanan.
Nyeri ini sering timbul karena rangsangan makanan berlemak.
Nyeri dapat terus, bila terjadi penyumbatan atau keradangan.
– Demam
Timbul bila terjadi keradangan. Sering disertai menggigil
– Ikterus
Ikterus obstruksi terjadi bila ada batu yang menyumbat saluran empedu utama (duktus hepatikus/koledokus)
– Pemeriksaan fisik :
– Bila terjadi penyumbatan duktus sistikuitus atau kolesistitis dijumpai nyeri tekan hipokondrium kanan, terutama pada waktu penderita menarik napas dalam MURPHY’S SIGN)
Pemeriksaan dan diagnosis :
- Laboratorium
- Ultrasonografi
- Kolesistografi oral
- Pemeriksaan khusus pada ikterus obstruksi :
– Kolangiografi perkutan transhepatik (PTC)
– “Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography” (ERCP)
– Computerized Tomography Scanning (CT Scan)
Diagnosis banding :
– Gastritis
– Tukak peptik
– Pankreatitis
Pada ikterus obstruksi
– Kolangio karsinoma
– Karsinoma pankreas (sindroma Courvoisier)
Penata Laksanaan :
– Batu kantong empedu : kolesistektomi (ICOPIM 5.511)
– Disertai batu saluran empedu : kolesistektomi + koledokolitotomi (ICOPIM 5.513)
+ antibiotika profilaksis :
Ampisilin 1g.i.v. + aminoglikosida 60 mg. i.v.(1x) atau sefalosporin generasi III 1g i.v.(1x), kombinasi dengan metronidazol 0,5 gr i.v (drip dalam 30 menit)
– Disertai keradangan (kolesistitis/kolangitis)
+ antibiotika terapi : kombinasi tripel antibiotika
o Ampisilin 3x1g/hari i.v
o Aminoglikosida 3×60 mg/hari i.v
o Metronidazol 3×0.5 gi.v (drip dalam 30 menit) atau antibiotika ganda
o Sefalosporin gen.III 3×1 gm/hari i.v. + metronidazol 3x1g/hari i.v
Tehnik Operasi :
- Insisi dinding anterior abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi paramedian kanan.
- Dilakukan eksplorasi untuk melihat adanya kelainan lain.
- Klem fundus kantong dan didorong ke atas Hartmann-klem pouch dan ditarik ke bawah.
- Dilakukan identifikasi dan isolasi arteri sistika dan duktus sistikus
- Setelah dibebaskan dari jaringan sekitarnya diikat dengan sutera 00 dan dipotong
- Kantong empedu dibebaskan dari hepar secara tajam dengan gunting dengan merawat perdarahan secara cermat.
- Evaluasi duktus koledokus – tak ada kelainan
- Luka laparotomi ditutup.
Dapat juga dilakukan kolesistektomi secara retrograde, dimulai dari fundus ke arah Calot. Perdarahan biasanya lebih banyak.
Komplikasi Operasi :
- Cedera duktus koledokus
- Cidera duodenum atau colon transversum
- Fistel biliaris
- Abses susdiafragma
- Batu residual duktus biliaris
Mortalitas :
Kurang dari 1%
Perawatan Pasca Operasi :
Pasca operasi penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti nyeri pasca operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa mulai diet per oral.
4,295 total views, 8 views today